Museum Kutai Timur: Upaya Melestarikan Sejarah dan Budaya Lokal

Redaksi
26 Jun 2024 09:44
Kutai Timur 0
2 menit membaca

KUTAI TIMUR – Sebagai bangsa yang besar, menghargai seni, sejarah, dan budaya adalah hal yang sangat penting. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mendirikan museum. Museum bukan hanya tempat untuk menyimpan peninggalan masa lalu, tetapi juga menjadi jendela untuk memahami peradaban manusia. Museum berperan sebagai sarana edukasi bagi generasi saat ini, memungkinkan mereka untuk melihat dan belajar dari kehidupan masa lalu.

Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, menegaskan pentingnya museum dalam pelestarian budaya saat membuka Forum Group Discussion (FGD) mengenai rencana pendirian Museum Kutai Timur di Hotel Royal Victoria, Sangatta, pada Selasa (25/6/2024). “Berkunjung ke museum kita bisa belajar tentang sejarah, peninggalan seni dan budaya, arkeologi, struktur masyarakat dan melihat dunia lebih luas. Jangan sampai kita kehilangan identitas atau jati diri,” ujar Bupati.

Ardiansyah mengingatkan bahwa banyak negara Barat telah kehilangan identitas nasionalnya, sebuah peringatan bagi Indonesia untuk menjaga warisan budayanya. Rencana pembangunan Museum Kutai Timur adalah bentuk apresiasi Pemkab Kutim terhadap seni, budaya, sejarah, dan kekayaan alam daerah tersebut. “Bahasa Kutai itu memiliki ratusan dialek. Khusus Kutai Sangatta juga bisa ditampilkan dalam museum baik ragam dialek dan asal usulnya,” tambahnya.

Bupati menekankan pentingnya pengelolaan museum secara profesional dan konsisten agar dapat menarik banyak pengunjung. Inovasi dan kreativitas menjadi kunci utama agar museum selalu menarik untuk dikunjungi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Timur, Mulyono, menjelaskan bahwa lokasi Museum Kutim akan berada di Jalan Soekarno-Hatta, tepatnya di belakang kampus STAIS, dengan luas lahan sekitar 4 hektare. “Tahun ini ada pematangan lahan. Pada 2025 akan diajukan untuk pembangunan gedungnya. Sementara legalitas operasional, Disdikbud mengupayakan dalam bentuk Peraturan Daerah atau minimal dalam bentuk Perbup,” jelas Mulyono.

Dalam FGD tersebut, hadir dua narasumber penting: Budi Istiawan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kaltim-Kaltara dan budayawan senior Kaltim, Hamdani. Mereka menyarankan agar Museum Kutim menjadi museum umum yang mencakup seni budaya, arkeologi, geologi, alam, dan sejarah. “Jangan museum khusus, karena potensi Kutim ini sangat kaya dan beragam. Contoh museum khusus adalah Museum Geologi di Bandung dan Museum Tsunami di Banda Aceh. Pengelolanya harus ahli museum dan minimal memiliki kurator seni budaya,” ungkap Budi Istiawan.

Dengan rencana pendirian Museum Kutai Timur ini, masyarakat diharapkan semakin mengenal dan mencintai sejarah serta budaya lokal. Langkah ini merupakan upaya penting dalam melestarikan identitas bangsa, memastikan bahwa nilai-nilai budaya dan sejarah tetap hidup dan dihargai oleh generasi mendatang.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x