Bulan K3 Nasional, Pupuk Kaltim Gelar Webinar Manajemen Pasien Jantung, Diabetes dan Hepatitis B di Era Pandemi

(Dok. Pupuk Kaltim)

BONTANG – Mengisi peringatan bulan K3 Nasional Tahun 2021, Pupuk Kaltim kembali menggelar webinar kesehatan bertema “Manajemen Pasien Jantung, Diabetes dan Hepatitis B di Era Pandemi”. Seminar virtual ini diikuti ratusan peserta dari karyawan dan keluarga besar Pupuk Kaltim, Rabu (10/02).

Sekretaris Perusahaan Pupuk Kaltim Teguh Ismartono, mengungkapkan tiga penyakit yang diangkat pada webinar kali ini dapat menjadi perhatian khusus para karyawan dan keluarga besar Perusahaan, karena tingkat risiko yang ditimbulkan terbilang tinggi. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang tak pandang usia dalam penyebarannya, sangat berisiko bagi orang dengan penyakit penyerta atau komorbid, karena dapat berakibat pada kematian.

“Covid-19 lebih berisiko menyerang orang yang memiliki riwayat medik dengan penyakit penyerta, kita harus lebih waspada terhadap penyebaran virus tersebut,” ujar Teguh.

Melalui webinar ini, karyawan dan keluarga besar Pupuk Kaltim diharap dapat mengenal lebih spesifik mengenai penyakit jantung, diabetes dan hepatitis B, sehingga dapat diantisipasi sejak dini. Begitu pula yang memiliki gejala, bisa lebih waspada dengan pemeriksaan rutin, agar potensi penyakit tidak semakin berkembang dan tertangani dengan baik.

“Tema webinar sangat tepat dengan kondisi saat ini, sehingga dengan pola hidup sehat kita dapat antisipasi seluruh potensi penyakit, termasuk paparan Covid-19,” tambah Teguh.

Dirinya mengajak seluruh insan Perusahaan untuk terus mendukung program penang-gulangan Covid-19 yang dilaksanakan Pupuk Kaltim secara konsisten dan berkesinambungan, utamanya penerapan pola hidup bersih dan sehat, serta mengimplementasikan protokol kesehatan dan 5M dalam aktivitas sehari-hari.

“Begitu juga di lingkungan kerja, dapat didukung seluruh insan Perusahaan dengan menerapkan aspek K3 secara konsisten, agar nihil kecelakaan dalam aktivitas bisnis Pupuk Kaltim dapat terus dipertahankan,” imbau Teguh.

Webinar menghadirkan 2 narasumber, dr. Johan Winata dari RSPI Jakarta dan dr. Decsa Medika Hertanto, dari RSUD dr. Soetomo sekaligus pengajar di Universitas Airlangga Surabaya. Dijelaskan dr. Johan Winata, penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, bahkan 1 dari 3 kematian disebabkan oleh jantung.

Jika dihubungkan dengan era pandemi, penyakit jantung merupakan salah satu komorbid yang wajib diperhatikan. Terlebih dengan pneumonia Covid-19, darah akan mengental hingga kemungkinan terjadinya serangan jantung maupun stroke semakin tinggi bagi pasien positif.

Paparan Covid-19 juga bisa menyebabkan pompa jantung semakin menurun dan pasien komorbid jantung dengan pengentalan darah diharap melakukan pemeriksaan hemoglobin, untuk menekan komplikasi yang bisa terjadi selama 1 hingga 3 bulan.

“Dengan pemeriksaan lebih cepat, bisa dilakukan upaya penanganan secara tepat dan maksimal, sehingga tingginya potensi risiko bisa langsung ditekan,” papar dr. Johan.

Sementara dr. Decsa Medika Hertanto, menekankan penderita diabetes dan hepatitis B juga memiliki tingkat risiko besar jika terpapar Covid-19, dengan gejala berat maupun komplikasi, khususnya diabetes tidak terkontrol, atau pasien dengan masalah organ akibat komplikasi diabetes.

Begitu pula dengan penyakit liver, memiliki risiko komplikasi berat seperti sirosis hepatis, penyakit hati kronis dan sebagainya. Hepatitis B dan C yang tidak terkontrol, juga berisiko tinggi terkena komplikasi Covid-19 yang berat dan begejala.

“Bagi penderita diabetes maupun hepatitis, sebaiknya rutin kontrol dan melanjutkan pengobatan. Begitu juga dengan pencegahan, agar lebih disiplin karena ancaman risiko yang lebih berat bagi penderita diabetes maupun liver,” terangnya.

Terkait vaksinasi, pasien diabetes boleh dilakukan vaksin asalkan penyakit terkontrol dengan baik, ditandai hasil pemeriksaan HbA1C yang baik. Sedangkan hepatitis, sangat dianjurkan untuk dilakukan vaksin, bahkan hal itu turut direkomendasikan Centers for Disease Control (CDC), sebuah badan kesehatan dan layanan masyarakat di Amerika Serikat.

“Jadi untuk pasien hepatitis tidak ada masalah jika divaksin Covid-19,” pungkas dr. Decsa. (*/adv/nav/ars)