MEMONESIA.COM — Praktik curang di balik kemasan beras premium akhirnya terbongkar. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap ada 212 merek beras yang diduga dioplos dan tidak sesuai standar mutu. Dugaan ini bukan main-main: kerugian konsumen ditaksir mencapai Rp99 triliun setiap tahun.
“Bayangkan, seperti beli emas 18 karat tapi diklaim 24 karat. Harganya beda jauh, tapi konsumen dibohongi,” kata Amran dalam konferensi pers, Senin, 14 Juli 2025.
Temuan ini hasil pemeriksaan lapangan oleh Kementerian Pertanian bersama Satgas Pangan Polri. Dari hasil pengawasan, sejumlah merek diketahui tidak memenuhi standar berat, komposisi, hingga label kemasan. Ada yang menjual beras 5 kilogram, padahal isinya hanya 4,5 kilogram. Ada juga yang menjual beras biasa dengan label ‘premium’.
Beras oplosan adalah campuran berbagai jenis atau kualitas beras yang dijual dengan klaim lebih tinggi daripada kenyataan. Praktik ini merugikan konsumen dalam tiga cara utama:
Kualitas tidak sesuai klaim.
Harga lebih mahal dari seharusnya.
Berat bersih sering kurang dari yang tertera.
Sejumlah merek terkenal masuk dalam daftar temuan sementara Kementerian Pertanian:
Sania, Sovia, Fortune, Siip (diproduksi Wilmar Group)
Setra Ramos, Beras Pulen Wangi, Food Station, Setra Pulen (milik Food Station Tjipinang Jaya)
Raja Platinum, Raja Ultima (PT Belitang Panen Raya)
Ayana (PT Sentosa Utama Lestari, Japfa Group)
Amran memastikan nama-nama merek lainnya akan diumumkan secara resmi dan bertahap. Sementara itu, beberapa ritel modern dikabarkan sudah mulai menarik produk-produk tersebut dari rak mereka setelah ramai diperbincangkan di media sosial.
“Kami minta masyarakat lebih waspada. Ini bukan soal harga mahal, tapi soal kejujuran dan perlindungan konsumen,” tegas Amran.
Tidak ada komentar