KALTIM – Batik, warisan budaya leluhur yang saat ini menjadi identitas bangsa Indonesia. Bahkan batik diakui secara resmi oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia, pada (02/10/2009) silam. Maka dihari itu Indonesia menetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Di tahun ini, ada yang menarik dalam perayaan Hari Batik Nasional di SMA Islam Kota Samarinda, Jalan Ahmad Yani Dahlan, Ahad (2/10/2022). Yakni pemecahan rekor membatik kain terpanjang se-Kaltim, kegiatan berupa mewarnai batik khas motif kalimantan pada kain sepanjang 54 meter.
Baca Juga : SK Kurikulum Double Track Segera Terbit, Disdikbud Kaltim Siapkan Payung Hukum
Sebanyak 300 peserta berpartisipasi dalam agenda membatik itu. Dimulai oleh, Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi Wongso, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim Muhammad Faisal, serta Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Mispoyo.
Mispoyo yang kala itu mewakili Kepala Disdikbud Kaltim Muhammad Kurniawan, mengaku sangat antusias dengan inisiasi yang dibuat oleh SMA Islam. Sebab, menjadi satu-satunya sekolah yang memiliki ide, untuk mencetak rekor dalam membatik di Kaltim.
“Karena batik sangat luar biasa menyatu di hati saya. Ini adalah batik karya guru ketika disdikbud mengadakan pelatihan membatik untuk kewirausahaan. Sehingga, guru juga bisa menerapkannya di sekolah. Ini hasil batik guru yang sebelumnya tidak bisa membatik,” ungkapnya usai mencoba membatik dengan canting, Minggu (2/10/2022).
Ia pun mendukung, dengan adanya langkah dari SMA Islam, dalam mencetak rekor membatik di Kaltim. Terlebih, hal ini juga menjadi bagian dari implementasi penerapan kurikulum merdeka yaitu dengan pembelajaran sekaligus prakteknya.
“Saya sangat mendukung karena ini sesuai dengan pemanfaatan atau aktualisasi program implementasi Kurikulum Merdeka. Di mana, dengan Kurikulum Merdeka harapannya siswa-siswa bisa kreatif, dan ini salah satu jiwa kreatif mereka,” ujar Mispoyo.
Baca Juga : Disdikbud Ajak Puluhan Pelajar SMA/SMK Se-Kaltim Perduli Kelestarian Cagar Budaya
Ia mengakui, pelatihan membatik kepada para guru secara tidak langsung menggambarkan adanya jiwa usaha yang bisa di tularkan ke siswa melalui membatik. Sehingga, ia pun berharap, ke depannya para siswa-siswi yang membatik di seluruh sekolahnya, bisa dipakai sendiri untuk seragam sekolah masing-masing.
“Seperti yang saya pakai ini, eco print. Paling mudah yaitu hanya daun, di temple kemudian diwarnai menjadi seperti ini. Ini prosesnya kurang lebih 1 jam dan sudah saya pakai hampir 11 kali tapi masih bagus. Ini juga terlihat beda sendiri karena hasil karya guru,” pungkasnya. (adv/diskominfokaltim/lm)
No Comments