BONTANG – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang, Heri Keswanto, soroti kenaikan angka prevalensi stunting di Bontang kini mencapai 20 persen pada bulan Agustus 2024.
Pasalnya, angka tersebut meningkat dari bulan Juli 2024 lalu, sekitar 18 persen. Menurutnya, data ini harus singkron dan akurat.
Baca juga: Kota Bontang Masuk Usia Seperempat Abad, Dewan Berharap Masyarakat Lebih Sejahtera
“Kan data itu dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Puskesmas, tidak tau kondisi lapangan, maka butuh data akurat yang sesuai dengan kategori stuntingnya,” ujarnya, belum lama ini.
Dirinya menginginkan standarisasi atas kategori pelabelan stunting untuk anak. Karena, yang terjadi di lapangan, ada kader di posyandu yang anak-anak dalam keadaan sakit, berat badannya turun dan langsung diklaim stunting.
Heri minta, kader posyandu bisa diberikan pelatihan untuk menentukan anak-anak yang terkena stunting. Selain itu, dirinya harap, para kader mendatangi langsung ke rumah.
“Tapi masalahnya, kader di posyandu di Bontang Lestari khususnya mengeluhkan hal itu karena rumah antar warga jaraknya lumayan jauh,” jelasnya.
Baca juga: Masuk Usia 25 Tahun, Andi Faiz Harap Pembangunan dan Kesejahteraan Bontang Semakin Meningkat
Namun, honor kader posyandu di Bontang Lestari hanya mendapatkan Rp 300 ribu. Sedangkan, itu tak sebanding dengan biaya transportasinya.
Politisi muda dari Partai Gerindra itu menekankan pentingnya gerak cepat dalam melakukan pendataan. Maka, posyandu harus menjadi garda terdepan untuk menentukan data yang lebih akurat.
“Anggaran bisa dinaikkan atau difokuskan ke beberapa OPD saja, agar kader ini bisa dapat honor yang layak,” katanya.