KUTAI TIMUR – Kelangkaan bahan bakar solar di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menjadi masalah serius, terutama bagi para nelayan di kawasan Kenyamukan, Sangatta Utara. Pasalnya, pasokan solar yang terbatas memaksa nelayan harus menempuh perjalanan jauh ke kota untuk mendapatkan bahan bakar untuk operasional perahu.
Menanggapi situasi ini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim, Jimmi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima aduan dari para nelayan terkait masalah tersebut. Ia mengaku akan segera menindaklanjuti masalah itu dengan menjalin kerjasama dengan pihak Pertamina.
Nantinya, sambung Jimmi, untuk membantu memenuhi kebutuhan solar bagi para nelayan khususnya di wilayah pesisir. Pertamina diminta bekerja sama dalam hal penyaluran pasokan solar, melalui penyediaan stasiun bahan bakar yang dikelola oleh salah satu badan usaha.
“Kami sudah melakukan konfirmasi dengan pihak Pertamina, dan mereka mempersilakan badan usaha mana saja yang berminat untuk mengoperasikan stasiun Pertamina yang ada di lokasi Kenyamukan,” ujar Jimmi, kepada para wartawan, Senin (4/11/2024).
Jimmi menjelaskan, awalnya stasiun Kenyamukan tersebut dioperasikan oleh swasta. Namun, untuk pengalihan status menjadi milik Pertamina, diperlukan proses hukum yang cukup kompleks. Meski sudah lima tahun stasiun tersebut tidak beroperasi, hingga kini belum ada investor yang tertarik untuk mengambil alih.
“Pertamina sudah menawarkan, namun sampai sekarang belum ada yang bersedia mengoperasikan stasiun di sana, sehingga kondisinya sudah lima tahun tak beroperasi,” pungkasnya.
Jimmi berharap, situasi saat ini dapat segera ada solusi penyelesaiannya, sebab, masalah tersebut sangat menyulitkan aktivitas masyarakat terutama bagi para nelayan yang sangat memerlukan solar untuk aktivitas sehari-hari.