BONTANG – Setiap pagi nanti, deru mesin kapal kecil akan memecah sunyi perairan pesisir Kota Bontang, tepatnya di wilayah Malahing, Gusung, Selangan, hingga Tihi-Tihi.
Aktivitas pagi buta nantinya tidak hanya diisi oleh nelayan dewasa mengangkut hasil laut. Tapi lebih dari itu, mimpi-mimpi besar berbentuk seragam putih biru siap terwujud lewat perjuangan keras.
Tahun ini, seluruh anak-anak lulusan SD dari wilayah pesisir Kota Bontang —— dipastikan melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), tanpa satupun yang putus sekolah.
Kabar ini disampaikan dengan penuh rasa syukur oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang, Saparudin. “Alhamdulillah, semua anak-anak dari SD pesisir lanjut ke SMP. Ada yang ke SMPN 3, SMPN 5, SMPN 8, bahkan SMPN 6,” katanya, Sabtu (21/6/2025).
Rinciannya, SDN 016 Tihi-Tihi mengirim 7 lulusan, SDN 015 Selangan 3 siswa, SDN 011 Gusung 11 siswa, dan SD Malahing 11 siswa. Dari total itu, sebagian besar memilih SMP Negeri 3 sebagai pelabuhan barunya menimba ilmu.
Bukan hal yang mudah bagi anak-anak dari daerah pesisir untuk bersekolah di daratan. Namun kini, perubahan mulai terasa. Menurut Saparudin, pemerintah telah menyiapkan slot khusus bagi siswa pesisir di setiap SMP negeri.
Akses terbuka, pilihan diserahkan kepada para siswa dan keluarga. Sebagian siswa memilih tinggal di daratan bersama kerabat, namun tidak sedikit yang memilih “pulang-pergi” menyeberangi lautan setiap hari.
“Kalau pun bolak-balik, itu sudah jadi kebiasaan mereka. Yang penting, semangatnya jangan padam,” ucapnya.
Ketua RT 30 Kelurahan Tanjung Laut Indah, Nasir Lakada, membenarkan hal tersebut. Ia menyebut seluruh siswa dari SD Malahing memilih SMP Negeri 3 sebagai sekolah lanjutan mereka.
“Semua bolak-balik naik kapal pribadi. Mereka tidak menginap, tapi berangkat setiap hari, Senin sampai Jumat,” terangnya.
Dulu, kisahnya tak seindah ini. Banyak anak pesisir hanya bersekolah hingga SD. Bukan karena tak mampu, tetapi karena keengganan orang tua melepas anaknya jauh ke kota. Sebagian karena khawatir, sebagian lagi karena membutuhkan tenaga tambahan untuk melaut.
Kini, semangat baru tumbuh. Orang tua mulai mengizinkan, bahkan mendorong anak-anak mereka menuntut ilmu lebih tinggi. Tradisi lama perlahan ditinggalkan, digantikan semangat baru dari gelombang-gelombang kecil perahu yang berangkat setiap pagi — membawa generasi penerus yang tidak lagi takut bermimpi, meski berpijak di atas laut. (Adv)
Tidak ada komentar