Ditunjuk Jadi Koordinator, Tugas Disdikbud Kaltim Percepatan Turunkan Stunting

KALTIM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim ditunjuk sebagai koordinator Percepatan Penurunan Stunting. Dengan harapan dapat melakukan aksi nyata dan konkrit sampai akhir 2023 bahkan hingga 2024.

Disdikbud Kaltim turut membantu pemerintah provinsi dalam rangka meningkatkan kesadaran publik. Serta mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk percepatan penurunan stunting.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Stunting Kaltim Masdar Jhon mengatakan berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021, bahwa Indonesia memiliki target penurunan stunting sebesar 14 persen pada 2024 mendatang.

“Sehingga target kami untuk penurunan stunting di Kaltim kalau secara nasional 14 persen. Harapannya bisa turun menjadi angka 12,8 persen,” sebutnya.

Menurutnya perubahan perilaku ini sangat penting dalam upaya percepatan penurunan stunting. Perubahan perilaku ini diharapkan dapat mengambil peranan penting dalam upaya percepatan penurunan stunting. Mulai dari tingkat provinsi,  kabupaten maupun kota, bahkan ke pelosok desa.

Jhon menuturkan ada beberapa penambahan anggota bidang. Di mana tahun sebelumnya belum ada. Antara lain Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Kaltim, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim. Untuk itu, rapat tersebut juga mengawali dari terbitnya revisi SK Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Provinsi Kaltim tahun 2023.

“Di mana pada tahun sebelumnya koordinatornya adalah Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim bidang Pengendalian Penduduk dan Penyuluhan (Dalduk),” ujarnya.

BKKBN Kembangkan Aplikasi Elsimil untuk Deteksi Risiko Stunting

Lebih lanjut dia menyebut bahwa Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menciptakan inovasi untuk menekan angka stunting. Yakni, melalui pengembangan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil).

Aplikasi tersebut menyediakan fitur yang dapat mendeteksi calon pengantin yang berisiko memiliki anak stunting. Selain calon pengantin, Elsimil juga ditargetkan untuk kelompok sasaran remaja karena kelak akan menjadi calon pengantin.

“Tiga bulan sebelum pernikahan, calon pengantin diimbau untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan memasukkan data hasil pemeriksaan ke dalam kuisioner,” jelasnya.

Skrining awal calon pengantin berisiko dilakukan melalui kuisioner pada aplikasi Elsimil. Adapun data yang dimasukkan adalah usia, status gizi meliputi berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar lengan dan perut, kadar hemoglobin (Hb), dan perilaku merokok.

“Dari data tersebut, Tim Pendamping Kesehatan (TPK) yang terdiri dari PKK, kader KB, dan tenaga kesehatan dapat mendeteksi calon pengantin dengan faktor risiko stunting,” jelasnya.

Selain berfungsi sebagai alat skrining dan media komunikasi dengan TPK, Elsimil juga berfungsi sebagai media edukasi tentang kesehatan reproduksi, kontrasepsi, kesiapan pranikah, kesiapan kehamilan, serta cegah kanker. (adv/disdikbudklatim/li)