Ledakan Sumur Migas Pertamina di Sangasanga Picu Kepanikan Warga

Admin
24 Jun 2025 09:33
Kaltim 0
2 menit membaca

KUTAI KARTANEGARA – Ledakan di lokasi pengeboran sumur minyak dan gas (migas) milik PT Pertamina Hulu Sangasanga (PEP SSA) pada Rabu (18/6) kembali memunculkan trauma lama warga Sangasanga, Kutai Kartanegara. Selain menyulut kepanikan massal, insiden tersebut juga menimbulkan dugaan pencemaran air bersih yang memicu protes warga.

Ketua RT 04 Kelurahan Jawa, Chaidiel Ridwan, mengatakan warga langsung berhamburan keluar rumah begitu suara dentuman keras terdengar menjelang subuh. “Langsung ingat kejadian gas beracun tahun 1988. Spontan orang lari mengungsi,” ujarnya.

Asap tebal dan bau gas menyengat berasal dari rig pengeboran LSE-P715. Dinarti, warga RT 04 yang sehari-hari menjual lontong, menggambarkan suara ledakan seperti “pesawat jatuh”. Ia mengaku tidak berani menyalakan kompor selama beberapa hari pasca-kejadian karena takut memicu api. Akibatnya, penghasilannya anjlok. “Biasanya Rp 800 ribu per hari, sekarang kosong,” keluhnya.

Dampak tak langsung yang paling terasa adalah gangguan pada suplai air bersih. Warga mengeluhkan air keran berwarna cokelat, licin, dan berbau bensin. PDAM Sangasanga menghentikan sementara distribusi air bersih menyusul dugaan kontaminasi dari semburan lumpur dan gas.

“Indikasi awal menunjukkan air intake terpapar zat minyak,” ungkap Abdul Latif, Direktur Teknik Perumda Tirta Mahakam Kukar. Ia menambahkan bahwa sistem pengolahan PDAM tidak dirancang untuk menyaring hidrokarbon.

Badan-badan tanggap darurat, termasuk PDAM, camat, TNI, dan polisi, menggelar pertemuan darurat bersama warga. Hasilnya, air PDAM tetap disalurkan untuk kebutuhan MCK, namun dilarang dikonsumsi. Sebagai langkah cepat, PDAM memasang filter karbon aktif dan menambahkan bahan kimia Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan bantuan Pertamina.

Pertamina telah mengambil sampel air untuk diuji laboratorium. Hasilnya dijanjikan keluar dalam dua pekan. Sementara itu, perusahaan migas pelat merah tersebut menjanjikan suplai air galon untuk warga terdampak selama PDAM tidak beroperasi penuh.

Namun, bagi warga seperti Dinarti dan Chaidiel, janji dan bantuan sementara tidak cukup. “Kami cuma dapat susu, masker, dan vitamin. Itu pun tidak merata. Padahal warga takut, bahkan menyalakan kompor saja waswas,” tegas Chaidiel.

Warga di ring 1—wilayah terdampak langsung—mendesak Pertamina untuk memberikan kompensasi atas gangguan kesehatan, ekonomi, dan rasa aman mereka. Hingga kini, belum ada pengumuman resmi mengenai skema ganti rugi.

Ledakan sumur minyak ini menghidupkan kembali trauma tragedi tahun 1988 di Noni, Sangasanga, yang menewaskan sejumlah warga akibat gas beracun. Meski Pertamina menyatakan situasi terkendali, warga menilai mitigasi dan transparansi informasi masih minim.

“Warga menanti kepastian, bukan hanya masker dan janji,” pungkas Chaidiel. (Red)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x