Tingkatkan Wawasan Politik Perempuan, Mulyani Apresiasi DP3A Kutim

Anggota DPRD Kutai Timur, Mulyana. (ist)

KUTIM – Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DP3A) Kutai Timur (Kutim) menggelar sosialisasi pendidikan politik bagi kaum perempuan, Kamis (02/11/2023).

Kegiatan yang diselenggarakan di perkantoran Bukit Pelangi tersebut, mendapat apresiasi dari anggota DPRD Kutim, Mulyana. Menurutnya sosialisasi itu merupakan momentum dalam peningkatan wawasan politik.

“Kegiatannya sangat positif. Tentu akan berdampak pada pemenuhan aspirasi perempuan yang masih rendah,” katanya saat diwawancara awak media.

Mulyana berharap kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan setiap tahunnya. Sehingga keterwakilan perempuan di parlemen lebih banyak. Dirinya juga meminta kepada masyarakat Kutim dapat memberikan kepercayaan kepada calon legislatif perempuan.

“Dengan banyaknya perempuan yang duduk di kursi parlemen, otomatis aspirasi perempuan pasti lebih banyak lagi dan terakomodir dengan baik,” imbuhnya.

Setiap periode, kuantitas keterwakilan perempuan di parlemen memang tidak mendominasi. Khususnya di Kabupaten Kutai Timur. Sehingga Mulyana terus mendorong agar perempuan turut mengambil bagian dalam kontestasi politik mendatang.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas P3A Kutim Sulastin mengatakan jumlah anggota legislatif perempuan di Kutim periode 2019–2024 hanya lima orang, artinya baru 12,5 persen dari target 30 persen yang diharapkan. Terpisah, Ketua Pansus Pengarustamaan Gender Muhammad Amin mengatakan, pihaknya akan melakukan studi banding di beberapa kota yang memiliki perda terkait kesetaraan gender.

Selain di bidang politik, beberapa pelaku usaha bahkan perusahaan seperti PT Thiess, PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang ada di Kutim sudah menerapkan hal itu, tapi belum maksimal. Namun, ada beberapa pelaku usaha yang memang menganggap bahwa Kutim ini tempat perusahaan terbesar, sehingga banyak merekrut laki-laki.

“Seperti PT Pamapersada Nusantara itu dominan sekali tenaga kerjanya itu laki-laki,” pungkasnya.

Menurutnya, perempuan harus diberikan kebebasan dan tidak boleh didiskriminasi. Juga, jangan hanya mereka monoton untuk mengurus dapur. “Contohnya kayak ibu RT, itu kan di bidang sosial. Jadi perempuan ini harus diberdayakan ke arah sana,” tegasnya.