Bir yang Halal

londonreal.squarespace.com

Ditranskrip oleh: Shofyan Adib

Bib, ada Bir yang Halal nggak?”

Begitu pertanyaan seorang pemuda tersesat kepada Habib Husein Ja’far Al-Hadar. Dia mencoba mencari celah untuk melanggar Syari’at Islam. Namun Da’i muda tersebut tidak kehabisan akal untuk menjawab pertanyaan pemuda tadi.

Bir yang halal, menurut Habib adalah: al-Birr. Kosakata Arab ini jika dialih-bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia bermakna, Kebaikan. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang yang memerintahkan umat manusia untuk berbuat kebaikan. Di antaranya QS. Al-Baqarah ayat 177:

۞لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ١٧٧ 

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”

Ayat tersebut menjelaskan tentang keharusan seorang muslim untuk melakukan kebaikan dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT serta ibadah-ibadah secara sosial: sedekah, menjenguk orang sakit, dan lain sebagainya.

Pemuda tersesat tadi masih penasaran, lantas ia melanjutkan pertanyaannya kepada Habib.

“Memangnya al-Birr itu memabukkan Bib? Seperti bir.

“Ya..! itu juga memabukkan”. Jawab Habib Ja’far. Namun efek memabukkannya tidak seperti minuman bir. Sebab Bir itu memabukkannya dalam pengertian yang negatif, sebab itu bisa menghilangkan akal manusia dalam sesaat. Bir juga tidak menyelesaikan masalah, itu hanya melupakan masalah anda sejenak. Setelah anda kembali sadar dari mabuk, masalah anda tetap tidak akan selesai, bahkan boleh jadi bertambah besar lagi karena sempat anda lupakan dan anda tunda penyelesaiannya.

Sedangkan al-Birr,   itu merupakan jenis mabuk yang positif. Yakni seperti mabuknya para sufi dalam hal beribadah dan mencitai Allah SWT. Kalau anda melakukan kebaikan atas dasar cinta kepada Allah SWT, maka anda akan merasakan kenikimatan seperti orang yang mabuk. Mabuk dalam kebaikan.

Namun lagi-lagi pemuda tersesat masih belum puas, ia bahkan  mencoba mencari celah lagi dan bertanya:

“Emang al-Birr itu bikin kecanduan Bib?”

“Ya, jelas. Perbuatan al-Birr pasti membuat manusia kecanduan”, lanjut Habib. Contoh sederhana, misalnya anda membuang sampah di suatu sudut ruangan. Lalu teryata teman anda juga tergugah untuk membuang sampah-sampah lain ayng berserakan di sana.

Lambat-laun, waktu demi waktu, perbuatan membuang sampah ini menjadi kebiasaan yang melekat pada diri anda. Sampai-sampai anda risih jika melihat sampah dan dibairkan begitu saja tanpa ada seseorang yang berusaha membuangnya.

Demikian jawaban Habib Husein Jafar Hadar yang kemudian membuat pemuda tersesat itu sadar. (azi)

Sumber: Akun YouTube JEDA NULIS