KALTIM – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Rudy Mas’ud atau akrab disapa Harum bertekad mengatasi banjir di Kota Samarinda dengan cara menormalisasi Sungai Mahakam.
Dirinya berencana akan melakukan pengerukan Sungai Mahakam untuk meningkatkan optimalisasi daya tampung debet air sungai lebih banyak lagi, terutama pada saat musim penghujan.
Selain itu, masalah pedangkalan Sungai Mahakam juga menjadi salah satu alasan utama rencana pengerukan ini dilakukan. Pasalnya pendangkalan sungai yang terus meningkat setiap tahunnya, semakin memperparah kondisi banjir di Samarinda.
“Sungai Mahakam sudah terlalu lama dibiarkan. Kami siap menormalisasi sungai agar daya tampung air kembali optimal,” kata Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud, Kamis (19/6/2025).
Namun, sambung Rudy menyampaikan normalisasi Sungai Mahakam tak bisa dilakukan sepihak. Pemprov Kaltim perlu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, terutama terkait pertimbangan Sungai Mahakam merupakan jalur vital aktivitas transportasi, yang berpengaruh pada perekonomian juga.
“Pelaksanaan pengerukan harus mendapat izin pusat, karena menyangkut alur transportasi air,” jelas Rudy.
Sementara itu, Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menyatakan bahwa program ini memiliki landasan kuat, mengacu pada inisiatif serupa yang pernah dijalankan Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2000. Pemprov telah melayangkan surat resmi kepada Kementerian PU dan Kementerian Perhubungan guna mengajukan dukungan anggaran serta pelaksanaan teknis.
“Langkah selanjutnya adalah mendorong alokasi dana, termasuk dari sektor Perhubungan Laut,” kata Seno.
Normalisasi akan dilakukan secara bertahap, mencakup aliran Mahakam dari Kutai Barat hingga Samarinda. Prioritas awal diberikan pada titik-titik dangkal yang kerap menjadi sumber genangan. Pemerintah juga mempertimbangkan penurapan di beberapa titik, mengikuti pola yang diterapkan di Sungai Karang Mumus.
Untuk meningkatkan akurasi pengerjaan, Pemprov akan memanfaatkan teknologi sonar dan sistem deteksi bawah air. Teknologi ini memungkinkan pemetaan sedimen secara presisi, termasuk volume material yang harus dikeruk di setiap lokasi genangan.
“Dengan alat sonar, kita bisa tahu titik genangan, volume sedimen, dan kebutuhan pengerukan secara detail. Ini akan mempercepat pekerjaan dan meminimalisir kesalahan,” tegas Seno.
Ia menegaskan, proyek ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang atas persoalan banjir yang kerap melanda ibu kota provinsi. “Kita ingin ini jadi langkah permanen, bukan sekadar respons musiman,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar