Jose Mourinho menjadi sosok penting bagi Tottenham Hotspur. (foto:Agencies)
Hasil dari pekan kesembilan Premier League Inggris menempatkan Tottenham Hotspur di puncak klasemen dengan 20 poin. Mereka memiliki angka yang sama dengan perolehan Liverpool, namun Spurs berhak berada di urutan pertama berkat produtivitas gol.
Jose Mourinho, pelatih Tottenham Hotspur, membawa timnya bercokol di nomor satu setelah mengalahkan Manchester City di Tottenham Hotspur Stadium dengan skor 2-0. Hasil ini juga menjadi sebuah perayaan setahun Mourinho menukangi Tottenham. Sejak memulai pekerjaannya pada 20 November 2019 silam, catatan statistik yang dibukukannya tidak terlalu buruk. Dari 51 pertandingan, berdasarkan catatan Transfermarkt, Mou memenangi laga sebanyak 28 kali, seri 10 kali, dan kalah 13 kali.
Pada musim ini, Tottenham asuhan Mourinho telah memenangkan 12 pertandingan dan hanya 2 kali seri dan 2 kali kalah di semua kompetisi. Menurut Daily Mail, seperti yang dilansir Marca, Mourinho memiliki pendekatan yang berbeda saat memimpin skuad Tottenham. Pelatih asal Portugal itu melakukan pendekatan ke setiap pemain secara personal. Dia mengirimkan pesan langsung secara pribadi kepada setiap pemain untuk memberi dorongan secara psikologis.
Selain perlakuan personal, Mou juga kerap membuat lelucon dalam latihan tim. Dia juga selalu menawarkan bantuan. Di tubuh skuad Tottenham, disebutkan oleh Marca, Mourinho menjadi orang yang paling mendukung dan paling pengertian. Sikapnya membuat seluruh tubuh tim menerapkan all to one.
Padalah, menurut informasi dari Daily Mail, reaksi pemain Spurs saat mengetahui Mourinho akan menjadi pengganti Pochettino tidak terlalu senang. Pelatih yang pernah memenangkan trebel winner saat mengasuh Inter Milan itu dikenal dengan citra yang serius dan memiliki karakter yang kuat, dan cenderung kontroversial. Namun, setelah berbulan-bulan, para pemain melihat hal sebaliknya. Mourinho adalah seorang pria yang baik hati, pengertian, dan selalu siap membantu.
Meski demikian, tuntutan perihal taktik dan ketelitian pemain saat bertanding di lapangan hijau tidak berubah. Dan itulah mengapa dia tidak menjabat tangan pemain jika dia tidak puas dengan performanya, seperti yang terjadi pada Rose atau Dele Alli. (rhm)