KUTIM – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) di bawah nakhoda Armin Nazar ingin meraih kembali pengharagaan Piala Adipura. Sebelumnya pada zaman kepemimpinan pasangan Isran Noor dan Ardiansyah Sulaiman, 2013 lalu, Kabupaten Kutim berhasil meraih penghargaan Piala Adipura.
“Jadi, setelah dapat sertifikat tiga tahun berturut-turut dipertahankan. Baru bisa memperoleh Piala Adipura. Jadi, target saat ini adalah (kembali) untuk mengejar sertifikat dulu. Dimulai lagi dari awal,” Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim Armin Nazar, belum lama ini.
Armin Nazar membeberkan sejumlah program strategis akan pihaknya kerjakan dalam mempersiapkan Kutim meraih sertifikat adipura. Pertama memaksimalkan fungsi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batuta. Karena TPA menjadi salah satu indikator penilaian dengan poin tertinggi untuk memperoleh Adipura.
“Dengan pembenahan itu, maka peluang memperoleh sertifikat juga akan terbuka. Tapi, tetap tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab memang banyak yang harus dibenahi,” ujarnya.
Armin mengaku DLH mendapat sokongan pembiayaan dari Pemkab Kutim untuk melakukan pembenahan TPA Batuta, namun ia tidak menyebut angka pasti berapa nominal dana yang pihaknya terima. Ia memastikan akan mulai dikerjakan pada penganggaran akhir tahun.
“Program prioritas DLH untuk meraih prestasi itu mendapat dukungan. Makanya di anggaran perubahan nanti, mungkin sarana dan prasarana di TPA Batuta dulu yang mulai dibenahi,” sebutnya.
Dikatakan lebih jauh, kondisi TPA Batuta saat ini termasuk kelebihan muatan, meskipun luas area penampungan mencapai 7 hektare namun sampah yang masuk dalam sehari mencapai 70 ton. Dikhawatirkan jika sampah yang masuk tidak rutin dirapikan maka akan terjadi penumpukan dibagian depan, dan susah untuk dibenahi kedepannya.
“Sistem pengelolaan sampah yang perlu kita benahi, selama ini truk pengangkut sampah menurunkan sampah hanya sebatas dekat jalan masuk, karena jika agak masuk kedalam truk akan amblas karena kontur tanah tidak padat. Sehingga sampah harus didorong lagi menggunakan excavator,” tandasnya.
Penambahan unit bulldozer juga menjadi kebutuhan prioritas DLH dalam melakukan pembenahan sistem pengelolaan sampah di TPA Batuta. Dengan adanya bulldozer pekerjaan merapikan tumpukan sampah akan lebih mudah dibanding menggunakan excavator.
Selain itu, ia juga mengusulkan penambahan unit excavator berukuran kecil untuk mengisi tanah timbunan ke dump truck. Karena rencananya tumpukan sampah yang sudah merata akan ditimbun menggunakan tanah.
“Kita sedang mencari tenaga teknis dibidang pipanisasi pemanfaatan gas metan. Karena sebelum dilakukan penimbunan, tumpukan sampah mengandung gas metan yang perlu disterilkan. Kalau langsung ditimbun khawatirnya meledak seperti yang terjadi di Bantar Gebang (Bekasi, Jawa Barat),” tambahnya.
Ia berharap, program yang rencanakan dapat direalisasikan mulai tahun depan. Apalagi tempat pengolahan air lindi dari sampah sekarang dalam kondisi rusak. Untuk mencapai itu, diperlukan anggaran yang besar sesuai dengan Detail Engineering Design (DED). Namun demikian, semua bisa dipenuhi bertahap.
“Semoga dua atau tiga tahun ke depan kita bisa dapat sertifikat adipura,” harapnya.
Apresiasi turut disampaikan Armin karena UPTD TPA Sangatta Utara dan Sangatta Selatan sekarang bersemangat dan berlomba menjadi lebih baik. Mengejar target untuk meningkatkan capaian kinerja yang telah ia canangkan.
Berikutnya program lainnya adalah pembinaan RT-RT dan kampung iklim di tiga desa, dari tiga kecamatan. Yakni Desa Sepaso-Kecamatan Bengalon, Singa Gembara-Sangatta Utara dan Gunung Teknik-Sangatta Selatan. Dengan begitu setelah direalisasikan, RT dan desa lain bisa melihat dan mencontoh. Kemudian peningkatan jumlah dan level sekolah adiwiyata atau pembinaan pengelolaan lingkungan dimulai dari dini. Apabila sekolah di Kutim sudah mengikuti Adiwiyata nasional atau mandiri dan juara, tentu bakal merebut penghargaan dari KLHK.