MEMONESIA.COM – Kemenangan telak Malaysia atas Vietnam dalam Kualifikasi Piala Asia 2027 menuai sorotan tajam. Di balik skor mencolok 4-0, isu naturalisasi pemain keturunan kembali mencuat, menimbulkan kecurigaan soal keabsahan prosedur yang ditempuh Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM).
Isu ini mencuat setelah Harimau Malaya menurunkan sembilan pemain naturalisasi dan keturunan dalam pertandingan tersebut. Enam di antaranya baru saja menyelesaikan proses naturalisasi, dengan dua pemain resmi pada Maret dan empat lainnya pada Juni. Lonjakan jumlah pemain asing yang disulap menjadi pilar nasional membuat publik bertanya-tanya: apakah semuanya telah sesuai aturan?
Presiden FAM Joehari Ayub pun angkat bicara. Dalam Kongres Luar Biasa FAM yang digelar Senin (30/6/2025) di Subang Jaya, ia menegaskan bahwa seluruh proses naturalisasi telah dilakukan secara sah dan transparan.
“Kami memiliki pemain-pemain naturalisasi asal Malaysia yang telah diperiksa oleh FIFA. Semuanya telah diverifikasi secara menyeluruh dan sesuai dengan pedoman FIFA,” ujar Joehari menanggapi polemik yang tak kunjung mereda.
Namun pernyataan tersebut belum cukup meredam skeptisisme. Banyak kalangan mempertanyakan bagaimana Malaysia bisa dengan cepat menyelesaikan naturalisasi sejumlah pemain, sebagian bahkan berasal dari Amerika Selatan — wilayah yang jauh dari garis keturunan Malaysia.
Kurangnya keterbukaan mengenai latar belakang dan silsilah para pemain hanya memperkuat kecurigaan. Tidak sedikit yang menilai FAM menutup-nutupi informasi penting yang semestinya diketahui publik, terutama ketika menyangkut integritas kompetisi internasional.
Jika terbukti ada pelanggaran, bukan tak mungkin Malaysia bakal menghadapi sanksi dari AFC atau bahkan FIFA. Polemik ini pun menjadi tekanan tambahan bagi FAM, di tengah sorotan Asia Tenggara terhadap tren naturalisasi besar-besaran yang dilakukan sejumlah negara.
Vietnam sendiri, usai kekalahan menyakitkan itu, dikabarkan mulai melonggarkan aturan naturalisasi untuk pemain keturunan — sebuah cara yang dipandang sebagai respons terhadap keberhasilan strategi Malaysia.
Namun tetap saja, publik sepak bola Asia Tenggara menuntut transparansi dan keadilan, agar proses naturalisasi tidak disalahgunakan sebagai jalan pintas instan menuju kemenangan. (*)
Tidak ada komentar