MEMONESIA.COM – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang pasar kripto. Harga Bitcoin sempat terperosok di bawah level psikologis USD 99.000 setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir utama Iran.
Koreksi ini menandai titik terendah Bitcoin sejak 9 Mei dan memicu aksi jual besar-besaran di seluruh pasar aset digital. Ethereum sempat anjlok lebih dari 10% sebelum rebound tipis, sementara altcoin seperti Solana, XRP, dan Dogecoin masing-masing turun lebih dari 7%, 8%, dan 9%.
Data CoinGlass mencatat likuidasi posisi kripto senilai lebih dari USD 1 miliar dalam 24 jam terakhir, mayoritas dari posisi long berisiko tinggi. Ini menunjukkan rapuhnya pasar saat tekanan eksternal meningkat.
“Pasar kripto saat ini sangat reaktif terhadap isu geopolitik. Bitcoin mungkin disebut sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi dalam praktiknya masih dianggap aset berisiko,” ujar Vice President INDODAX, Antony Kusuma.
Sentimen negatif telah muncul sejak pekan lalu, ketika kabar rencana serangan AS ke Iran mulai beredar. Arus masuk ke ETF spot Bitcoin langsung melambat. Dari lebih dari USD 1 miliar masuk awal pekan, angkanya anjlok menjadi hanya USD 6,4 juta pada Jumat.
Di sisi makro, JPMorgan memperingatkan potensi lonjakan harga minyak hingga USD 130 per barel jika Iran menutup Selat Hormuz. Ini dapat mendorong inflasi AS mendekati 5%, memperbesar peluang pengetatan moneter lanjutan oleh The Fed — skenario yang semakin menjauhkan investor dari aset berisiko tinggi seperti kripto.
Meski pasar tertekan, Antony menilai koreksi ini masih berada dalam konteks siklus naik pasca-halving April 2024. “Fundamental Bitcoin tetap kuat. Volatilitas seperti ini adalah bagian dari dinamika jangka pendek, bukan sinyal runtuhnya pasar,” tegasnya.
INDODAX menekankan pentingnya edukasi dan literasi keuangan bagi investor retail agar tidak terpancing panik. Perusahaan juga menyatakan terus berkoordinasi dengan regulator untuk menjaga keamanan transaksi di Indonesia.
Di tengah eskalasi global, investor disarankan bersikap waspada namun tidak reaktif. Pemahaman jangka panjang terhadap teknologi blockchain, kelangkaan suplai Bitcoin, dan tren adopsi institusional dinilai tetap menjadi dasar yang relevan untuk strategi investasi kripto ke depan.
Tidak ada komentar