Investor Asing Ramai-Ramai Masuk RI, Sektor Apa yang Diincar?

Investor asing
Ilustrasi

MEMONESIA.com – Secara signifikan nilai investasi di Tanag Air meningkat. Tercatat pada semester I-2022 tersebut meningkat 32 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan realisasi investasi sepanjang Januari-Juni 2022 mencapai Rp 584,6 triliun. Bahkan Realisasi investasi pada Semester I-2022 tersebut juga telah mencapai 60,4 persen dari target dalam RPJMN sebesar Rp 968,4 triliun dan 48,7 persen dari target Presiden Joko Widodo yang sebesar Rp 1.200 triliun.

Baca Juga : Minim Penjagaan, Pangkalan Pengawasan Laut Pertama di Kaltim akan Dibangun

Kata Bahlil, peningkatan signifikan tersebut menandakan pulihnya ivnestasi di Indonesia sejak pandemi covid-19 yang mengguncang perekonomian dua tahun lau. Sejak pandemi perputaran ekonomi tida tumbuh, para pelaku usaha merespon situasi itu dengan menunda maupun menghentikan produksi sementara.

“Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan kebijakan pemerintah dalam pemberian vaksin booster kepada masyarakat dan melonggarkan mobilitas dan aktivitas masyarakat,” jelas Bahlil Lahadalia dikutip dari cnbcindonesia.com.

Data BKPM

Secara rinci, realisasi investasi berdasarkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) di sepanjang Januari-Juni 2022, masing-masing sebesar Rp 274,2 triliun (PMDN) dan Rp 310,4 triliun (PMA).

Berdasarkan wilayah, luar Jawa investasinya mencapai Rp 305,8 triliun atau secara persentase sebesar 52,3 persen dan di pulau Jawa mencapai Rp 278,8 triliun atau 47,7 persen.

Nah, ada lima sektor investasi yang paling diminati oleh para investor sepanjang Januari-Juni 2022, diantaranya:

1. Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya dengan investasi sebesar Rp 87,9 triliun (15 persen)

2. Pertambangan dengan nilai investasi sebesar Rp 68,2 triliun (11,7 persen)

3. Transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 65,1 triliun (11,1 persen)

4. Perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp 51,6 triliun (8,8 persen)

5. Industri makanan Rp 42 triliun (7,2 persen)