Disdikbud Bontang Ubah Razia Belajar Malam Jadi Bimbel Gratis, Targetkan Kelurahan Jadi Basis Belajar

Admin
24 Apr 2025 09:53
2 menit membaca

BONTANG – Alih-alih menggencarkan razia malam terhadap para pelajar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang memilih pendekatan berbeda: membangun ruang belajar. Inovasi ini akan diwujudkan lewat program bimbingan belajar (bimbel) gratis yang digelar di seluruh kelurahan.

Langkah ini merupakan redefinisi dari implementasi Peraturan Wali Kota Bontang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar Malam yang akan ditegakkan kembali, aturan itu mengatur agar siswa menggunakan waktu pukul 19.00–21.00 Wita untuk belajar.

“Sudah saatnya pendekatan represif ditinggalkan. Kami ingin menciptakan suasana belajar yang membuat anak-anak datang karena merasa diterima, bukan karena takut,” ujar Sekretaris Disdikbud Bontang, Saparudin, Kamis (24/4/2025).

Dalam skema program, setiap kelurahan akan dilengkapi lima pengajar non-formal, direkrut dari lulusan sarjana baru. Masing-masing pengajar akan membina maksimal 15 siswa, sehingga satu kelurahan dapat melayani hingga 75 peserta didik dalam satu siklus.

Bukan sekadar mengejar nilai rapor, program ini menitikberatkan pada penguatan literasi dan numerasi—dua pondasi penting yang masih menjadi pekerjaan rumah pendidikan dasar.

“Ini bukan hanya tentang akademik. Kami ingin membentuk karakter melalui proses belajar yang menyenangkan dan partisipatif,” tegas Saparudin.

Saparudin juga menjelaskan bahwa sistem pengelolaan program ini akan berjalan secara transparan dan terstruktur. Seluruh proses rekrutmen, pemberian insentif, hingga evaluasi pengajar akan menggunakan sistem elektronik e-SIPD.

“Kami ingin kualitas tetap terjaga, bukan sekadar ada program, tapi benar-benar berdampak,” tegasnya.

Program ini diharapkan masuk dalam pembahasan APBD Perubahan 2025, dengan target implementasi penuh pada awal 2026. Lebih dari sekadar merespons aturan, Disdikbud berharap bimbel ini menjadi ruang transformasi sosial, yang menghidupkan semangat belajar yang bersumber dari rasa nyaman, bukan rasa takut.

“Anak-anak kita butuh dituntun, bukan diintimidasi apalagi ini bersifat gratis. Kami percaya ruang belajar yang baik akan membawa anak-anak datang dengan sendirinya,” tandasnya. (ADV)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x