Bontang Kedua Tertinggi Kasus Bully, Dewan Dorong Sekolah Bentuk Satgas Anti Bullying

Redaksi
21 Oct 2024 16:18
DPRD Bontang 0 0 View
2 minutes reading

BONTANG – Kasus bullying merebak di lingkungan pelajar Kota Bontang, terutama kasus yang sedang viral di media sosial yang saat ini disoroti oleh banyak pihak.

Bahkan Kota Bontang berada di posisi kedua dengan kasus bullying tertinggi di Kalimantan Timur, dengan catatan sebanyak 106 kasus. Diketahui, urutan pertama diduduki oleh Samarinda dengan 250 kasus, dan posisi ketiga ditempati Balikpapan sekitar 66 kasus.

Baca juga: SPM Bontang di Peringkat 8, Andi Faiz Minta Pemerintah Perbaiki Layanan Publik

Hal ini pun mendapatkan atensi dari Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang, Saeful Rizal. Ia menegaskan agar setiap sekolah memiliki satgas anti bullying, yang nantinya lebih ekstra menangani soal kasus bully di sekolah.

“Ini sebagai upaya untuk mengurangi kasus tersebut yang masuk dalam kenakalan remaja saat ini,” ujarnya, Senin (21/10/24).

Menurutnya, kasus ini adalah tanggung jawab semua pihak, bahkan seluruh lapisan daerah musti harus bersinergi dalam hal ini. Mulai dari pemerintah, DPRD, kelompok masyarakat, sekolah, orang tua dan masyarakat.

Ia menyayangkan bahwa Kota Bontang berada di urutan kedua terkait kasus bullying. Menurutnya perlu kerja sama untuk menangani kasus tersebut.

Saeful Rizal menilai, kasus yang marak di kalangan remaja ini memerlukan pendekatan secara menyeluruh. Penanganan tidak hanya disertai dengan kekerasan. Bisa saja hal tersebut memancing perilku anak-anak semakin menjadi-jadi.

Baca juga: Dewan Bontang Minta PJU Di Sepanjang Soekarno Hatta Segera Difungsikan

“Selain itu, penanganan bisa dimulai dari pendidikan di rumah, orangn tua perlu menanamkan dan mencontohkan sifat-sifat baik kepada anak,” katanya.

Pembelajaran dari rumah akan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak, sehingga dapat tumbuh lebih baik dan berdampak bagi pergaulan sang anak.

Dirinya berpesan kepada para remaja Bontang, agar fokus memikirkan masa depan dengan menggunakan waktu untuk belajar, mengasah kemampuan, dan melihat potensi diri yang bisa dikembangkan.

“Semuanya harus sinergi mengarahkan anak-anak ke kegiatan positif tanpa adanya bullying,” pungkasnya.

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *