Sudah 22 Negara Stop Ekspor Pangan, Wakil Ketua DRPD Kaltim : Penting Kembangkan Sektor Pertanian

Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun saat mengunjungi salah satu sektor pertanian di Kecamatan Samboja. (ist)

Memonesia.com – Sebanyak 22 negara di dunia yang telah menyatakan membatasi dan bahkan berhenti melakukan eskpor pangan ke negara luar. Hal itu disampaikan beberapa waktu lalu oleh Presiden Joko Widodo, bahkan tahun ini sudah ada 19 negara yang membatasi jumlah ekspor pangan.

Menyikapi situasi tersebut, Wakil Ketua DPRD Kaltim Muhammad Samsun menyatakan persoalan krisis pangan akibat (El Nino) yang dialami banyak negara di dunia merupakan ancaman masalah global yang serius, khususnya Indonesia yang masih banyak bergantung kepada ekspor luar negri di beberapa komoditi pangan.

“Dikonsumsi sendiri aja mereka kurang. Terus kalau kita nggak produksi sendiri mau beli dari mana. Nggak ada orang jualan lagi,” ujar Samsun, sapaan akrabnya, ketika ditemui media ini beberapa waktu lalu.

Menurut pria kelahiran Jember tahun 1974 itu, pemberhentian sementara ekspor oleh negara-negara di Dunia menjadi persoalan yang harus disikapi semua pihak. Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dan para petani harus konsisten meningkatkan pangan di Bumi Etam.

“Kalau kita enggak konsisten, hati-hati. kita bakal krisis pangan seperti yang terjadi di negara-negara lain, hari ini mereka teriak-teriak kekurangan pangan,” jelas politikus PDI Perjuangan Daerah Pemilihan (Dapil) Kutai Kartanegara itu.

Maka itu, pertanian berkelanjutan menjadi sangat penting dilakukan. Karena, pertanian merupakan sumber utama makanan bagi kebanyakan orang di Dunia. Semua orang harus peduli terhadap ketahanan pangan di Kaltim.

“Kira-kira, kita ini mau konsisten apa tidak terhadap ketahanan pangan di Kaltim. Semua harus serius menanganinya, karena persoalan ini menyangkut hidup orang banyak. Misalnya seperti di Belanda dan Amsterdam, anak-anak mereka sekolah itu sudah tidak mendapatkan sarapan pagi. Itu tanda-tanda,” katanya.

Salah satu caranya, dengan menggenjot para petani muda agar mau bertani. Jika Provinsi Kaltim kekurangan generasi petani milenial dan tidak adanya regenerasi, maka siapa yang mau menanam padi dan sebagainya.

“Kalau enggak ada regenerasi, enggak ada yang nanam, memangnya kamu mau nanam beras sendiri. Kita harus mendorong anak-anak muda agar mau menggeluti sektor pertanian,” tuturnya.

“Kemudian stop mengalihfungsikan lahan-lahan pertanian produktif kita. Mau makan apa kita jika semuanya dialihkan. Sementara makan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Intinya, negara-negara di Dunia sedang mengkhawatirkan krisis pangan di daerahnya,” sambungnya. (adv)