Mengenal Yayasan Ulin, Beranggotakan 5 Orang, Berhasil Harumkan Kutim di Kancah Nasional

Yayasan Ulin Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur (Kutim) berhasil meraih penghargaan Kalpataru. (Ist)

KUTIM – Yayasan Ulin Muara Ancalong, berhasil mengharumkan nama Kabupaten Kutai Timur (Kutim) di kancah Nasional, dengan menyabet penghargaan tertinggi di bidang penyelamatan lingkungan hidup mewakili Provinsi Kaltim.

Yakni Penghargaan Kalpataru yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, kepada Yayasan Ulin yang berlokasi di Jalan Wira Benu RT II Desa Kelinjau Ulu, Kecamatan Muara Ancalong.

Yayasan Ulin yang dinakhodai oleh Suimah dan beranggotakan 5 orang itu terbentuk sejak tahun 2009 atas Akta Notaris Anne Djoenardi Nomor 26 tahun 2009 dan Kepmen dan HAM RI Nomor AHU-4931 AH.01.04 tahun 2009.

Nama Yayasan Ulin berangkat dari lokasinya yang berada di Kalimantan Timur yang didominasi pohon Ulin yang memiliki sifat kuat dan kokoh. Selain itu, Yayasan Ulin yang memiliki 5 anggota terdiri dari 4 perempuan dan 1 laki-laki.

Suimah sebagai Ketua Yayasan memiliki background pendidikan dari Fakultas MIPA Biologi, Jane sebagai Sekretaris yayasan, Elinar sebagai bendahara yayasan, Andi Sarina sebagai project officer memiliki background pendidikan Fakultas MIPA Biologi dan Iwan sebagai Field Assistant lulusan SMA.

Yayasan Ulin satu-satunya di Kutai Timur yang menerima penghargaan Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan oleh KLHK tahun 2023

Yayasan Ulin yang menjadi satu-satunya peraih penghargaan Kalpataru dari Kutai Timur

Sejak ditetapkannya Kutai Timur sebagai wilayah administrasi kabupaten belum ada yang berhasil meraih penghargaan kalpataru. Yayasan Ulin merupakan satu-satunya yang meraih penghargaan Kalpataru dari Kutai Timur itu memiliki visi memastikan semua spesies yang muncul secara alami dan kehidupan berkualitas bagi manusia yang tinggal di dalam bentang alam Indonesia yang terletak di luar kawasan lindung melalui konservasi berbasis ilmu pengetahuan dan pemanfaatan berkelanjutan.

“Adapun misi kami Yayasan Ulin mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati melalui berbagai metode di antaranya desain dan pengelolaan Cagar Konservasi baru, perlindungan spesies dan pemanfaatan berkelanjutan, dukungan teknis untuk evaluasi ilmiah dan pengelolaan ekosistem lahan basah, berbasis masyarakat dengan pengelolaan jangka panjang berdasarkan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan manfaat penggunaan berkelanjutan,” jelas Suimah, wanita berusia 43 tahun yang menjadi Ketua Yayasan Ulin kepada Tribunkaltim.co, Jumat (2/6/2023).

Lebih lanjut, Suimah juga menjelaskan kegiatan Yayasan Ulin yang terbagi menjadi 3 dalam setiap bulannya, pada minggu pertama dilakukan kegiatan survey kehati dengan metode Direct Observation, Point Count, Herpetofauna dan pemantauan menggunakan Camera Trap yang biasanya dilakukan secara berturut-turut.

Lalu pada minggu kedua Yayasan Ulin lebih sering melakukan pemantauan atau monitoring buaya atau survey di malam hari yang menyasar di Mesangat Hulu atau Loa Lahung (Segoy) Sumber Sari.

Sedangkan minggu ketiga, oleh Yayasan Ulin umumnya digunakan untuk kegiatan community, terlebih saat ini sedang menjalani program rewilding dan restorasi di area Loa Lahung Desa Sumber Sari bersama masyarakat lokal.

“Nah kalau minggu terakhir kami gunakan untuk pengumpulan, penyusunan hingga penulisan laporan periodik hasil observasi di lapangan pada setiap bulannya,” imbuh Suimah.

Kata dia, Yayasan Ulin terbentuk berawal dari peneliti herpetofauna yang menganggap perlu dibentuknya suatu lembaga untuk melakukan perlindungan habitat Crocodylus siamensis (Buaya Badas Hitam) yang saat ini berstatus Critically Endangered atau terancam punah dari status IUCN Red List yang belum menjadi perhatian dan belum masuk ke dalam satwa prioritas nasional.

Menurut peneliti juga di perairan Mesangat Hulu ternyata masih hidup habitat Buaya Badas Hitam yang hidup di alam bebas sehingga atas dasar itulah Yayasan Ulin terbentuk.

Selain melakukan konservasi Crocodylus siamensis (buaya Badas Hitam) yang habitatnya di lahan basah Mesangat, Yayasan Ulin juga fokus terhadap bidang Biodiversity monitoring, Ecology, Habitat monitoring and enrichment atau rewilding dan community serta awareness kepada masyarakat lokal terhadap lingkungannya.

Sejak tahun 2009, tahun ini menjadi awal pencapaian yang baik, dimana Yayasan Ulin mendapatkan penghargaan kalpataru oleh KLHK kategori Penyelamat Lingkungan, dimana akan diberikan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 2023 mendatang.

“Belum ada pencapaian atau prestasi selama ini. Penghargaan Kalpataru 2023 sebagai kelompok Penyelamat Lingkungan ini awal mula prestasi yang kami peroleh,” pungkasnya.