BONTANG – Inovasi program bimbingan belajar (bimbel) gratis yang tengah dirancang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang tak hanya menyasar penguatan kebijakan wajib belajar malam, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi para sarjana baru.
Program ini diinisiasi untuk mendukung pelaksanaan Peraturan Wali Kota Bontang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, yang menetapkan waktu belajar malam pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.
Namun berbeda dari pendekatan konvensional seperti patroli atau razia, Disdikbud Kota Bontang memilih metode baru yang lebih partisipatif dan edukatif.
“Kami ingin menciptakan ruang belajar yang ramah dan menyenangkan. Bukan menakut-nakuti, tapi mengajak anak-anak terlibat secara sukarela,” terang Sekretaris Disdikbud Bontang, Saparudin, Rabu (30/4/2025).
Ia mengungkapkan, program ini juga menjadi langkah strategis untuk memberdayakan lulusan sarjana yang belum terserap dunia kerja. Setiap kelurahan akan didukung oleh lima tenaga pengajar non-guru dari kalangan fresh graduate.
“Tidak mungkin kami mengandalkan guru sekolah, mereka sudah dibebani tanggung jawab di instansi masing-masing. Maka ini peluang bagus bagi para sarjana baru yang ingin menjadi guru pembimbing,” jelasnya.
Gambaran awalnya, setiap pengajar akan menangani 15 siswa, sehingga dalam satu kelurahan bisa melayani hingga 75 anak per periode. Materi yang diberikan pun tak sekadar mengikuti kurikulum formal, tapi lebih menekankan pada peningkatan literasi dan numerasi, yang menjadi dua pondasi utama kecakapan belajar.
Rekrutmen tenaga pengajar akan dilakukan secara terbuka dan akuntabel melalui platform e-SIPD. Selain absensi, evaluasi kinerja juga akan jadi indikator utama penilaian. Insentif pun akan diberikan secara proporsional berdasarkan capaian dan komitmen pengajar di lapangan.
“Bimbel ini bukan sekadar soal mengajar, tapi soal membentuk ekosistem pendidikan luar sekolah yang memang berdampak,” tambahnya.
Program ini ditargetkan mulai berjalan dalam skema APBD Perubahan 2025 atau paling lambat awal 2026. Saparudin berharap, inisiatif ini bisa menjadi titik tolak perubahan pendidikan di Bontang, agar lebih inklusif bagi siswa dan lebih terbuka bagi lulusan muda yang ingin berkontribusi langsung. (ADV)
Tidak ada komentar