Evakuasi Turis Brasil Tewas di Rinjani Disorot DPR, Basarnas Akan Dipanggil

Admin
26 Jun 2025 12:08
2 menit membaca

MEMOENSIA.COM – Komisi V DPR RI akan memanggil Badan SAR Nasional (Basarnas) guna mengevaluasi lambatnya proses evakuasi terhadap Juliana Marins (27), turis asal Brasil yang tewas usai jatuh ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Wakil Ketua Komisi V DPR, Syaiful Huda, menyatakan bahwa proses evakuasi yang berlangsung lebih dari tiga hari menimbulkan pertanyaan publik, khususnya di Brasil, mengingat korban sempat dilaporkan masih hidup usai jatuh.

“Kami ingin mengetahui kenapa korban tak segera dievakuasi. Apakah karena cuaca, peralatan, keterbatasan personel, atau kendala anggaran?” ujar Huda, Kamis (26/6).

Ia menyoroti potensi lemahnya rantai pengambilan keputusan serta minimnya dukungan sarana di lapangan. Anggaran Basarnas yang hanya Rp 1,01 triliun disebut turut berperan dalam menurunnya kapasitas operasi penyelamatan.

Meski begitu, Huda meyakini bahwa tim SAR telah bekerja maksimal di tengah keterbatasan. Ia menyebut tim telah dikerahkan sejak Sabtu (21/6), namun medan curam dan kabut tebal menghambat pencarian hingga jasad Juliana ditemukan pada Selasa malam (24/6).

Kemampuan SAR Cerminan Reputasi Negara

Huda menekankan bahwa kemampuan Basarnas menjadi wajah Indonesia di mata internasional, terutama ketika menangani wisatawan asing. Ia membandingkan standar kesiapan SAR di negara maju yang didukung peralatan canggih dan personel terlatih.

“Negara maju menjadikan SAR sebagai indikator kesigapan. Maka penting bagi kita untuk memperkuat struktur ini,” tegasnya.

Senada, anggota Komisi V DPR Adian Napitupulu menilai tragedi ini tak boleh terulang. Ia menegaskan bahwa negara harus mampu mengatasi tantangan medan sesulit apapun.

“Kalau individu boleh tidak mampu. Tapi negara harus selalu mampu. Itu prinsipnya,” kata Adian di Gedung DPR.

Helikopter Terkendala Cuaca, Medan Sangat Ekstrem

Evakuasi jenazah Juliana dilakukan tim gabungan Basarnas, BPBD, TNI, dan Polri, dan berhasil dituntaskan pada Rabu (25/6) pukul 13.51 WITA. Namun upaya evakuasi via udara sempat gagal karena kabut tebal dan cuaca buruk di kawasan Sembalun, menurut Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman Wasur.

“Helikopter tidak bisa menembus lokasi karena cuaca berkabut dan medan ekstrem,” kata Yarman.

Insiden ini menyedot perhatian publik Brasil, yang mempertanyakan lambatnya respons otoritas Indonesia, mengingat korban sempat terlihat selamat sesaat setelah terjatuh. Huda menilai respons itu wajar dan perlu dijadikan evaluasi.

“Kalau evakuasi bisa dilakukan lebih cepat, peluang hidup korban bisa lebih tinggi,” tutupnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x