Disdikbud Kaltim Turut Berperan Turunkan Angka Stunting Lewat Sosialisai Pelajar SMA

KALTIM – Permasalahan kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan kekurangan gizi kronis, atau biasa disebut stunting terus menjadi perhatian Pemerintah Republik Indonesia. Misi menurunkan angka prevalensi stunting nasional yang tercatat 22,4 persen ditahun ini merupakan tanggung jawab semua pihak.

Bahkan dalam mewujudkan misi itu, Pemprov Kaltim turut menarget angka prevalensi stunting dapat diturunkan sebanyak 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Saat ini prevalensi stunting diKaltim tercatat 22,8 persen, angka tersebut berada dibawah rata-rata angka nasional.

Baca Juga : SMA Islam Samarinda Cetak Rekor Membatik Kain Terpanjang Se-Kaltim

Seluruh stakeholder berupaya menurukan angka stunting di Kaltim. Termasuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim. Salah satu upayanya yakni  sosialisasi secara masif mengenai stunting di lingkungan sekolah.

Mispoyo, Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA, Disdikbud Kaltim menyampaikan para pelajar di tingkat SMA sederajat dipastikan akan mendapat sosialisasi mengenai stunting. Sebab sasarannya memang untuk para remaja yang duduk di bangku tingkat SMA.

“Makanya saya nanti mengambil tema Pelajar Penting atau peduli stunting. Jadi yang penting itu tidak hanya para pejabat tetapi pelajar pun juga penting, untuk mengetahui stunting,” ujar Mispoyo.

Ia pun menekankan dalam agenda sosialisasi itu nantinya sangat mengharapkan peranana dari media, untuk menggaungkan pentingnya seluruh masyarakat mengetahui stunting. Yaitu kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

“Karena angka stunting di Indonesia 24 persen, itu seketika ada 100 anak yang lahir, ada 24 anak yang stunting, itu sangat mengerikan. Sedangkan di Kaltim ada 22,8 persen,” ungkapnya.

Sehingga sosialisasi ini sasaran utamanya ada adalah calon pengantin (catin) yang harus dibekali dengan langkah pencegahan stunting. Dalam hal ini hilirnya adalah balita, ibu- menyusui, yang menjadi urusan Dinas Kesehatan. Sementara dihulunya adalah para pelajar atau usia pelajar yang menikah dini.

 “Memang selama ini sudah ada upaya, tapi belum maksimal. Nah dari hulu inilah pelajar-pelajar harus dibekali dengan ilmu stunting, bagaimana dia menambah darah, karena ciri stunting itu akibat dia menikah dan kekurangan hemoglobin sehingga mengakibatkan bayi lahir stunting dan itu harus kita ajari,” urai Mispoyo.

Baca Juga : Terpilih Menjadi Ketua, Ismid Harap Taman Budaya Kaltim Bisa Mandiri

Ia memastikan agenda sosialisasi ini akan menyasar ke seluruh sekolah tingkat SMA sederajat di seluruh kabupaten/kota di Kaltim. Sebab ia meyakini Disdikbud Kaltim memiliki peranan penting untuk menurunkan angka stunting.

“Kita akan bentuk komunitas pelajar penting, saya berharap nanti bisa menasional. Ini menjadi salah satu langkah Disdik untuk menekan angka stunting, karena masuk tim percepatan penurunan stunting,” demikian Mispoyo. (adv/disdikbudkaltim/lm)